KISAH KELAM SI MANUSIA PERAK, APA AJA YAA YANG BISA DIPERBUAT SEKARANG?

Industri pertunjukan atau kesenian yang sudah vakum kira-kira 2 tahunan ini akibat musim pandemi yang dialami di seluruh belahan dunia. Kebijakan pemerintah menjadi idaman banyak orang terutama di Indonesia, sebuah negara berkembang yang banyak sekali budaya dan menghasilkan sebuah keragaman seni dan budayanya. 

Manusia perak termasuk salah satu bidang kesenian pemeranan atau sering kali kita menyebutnya pantomim. sejak awal 2020 lalu pandemi masuk ke berbagai negara sehingga membasmi banyak bidang perekonomian yang membuat banyak warga mengeluh termasuk si manusia perak ini. Berikut sebagian yang bisa dilakukan dan dialami para pegiat seni yang sekarang berganti julukan manusia perak.

1. PENGAMEN JALANAN

   Bisa disebut sebagai pengamen jalanan karena tidak sekedar meminta uang recehan kepada para pengguna jalan. Masih melakukan sebagian aksinya untuk menghibur warga yang berlalu lalang dan bertepatan berhenti diperempatan yang ada tanda rambunya.

2. MAIN KEJAR-KEJARAN DENGAN SATPOL PP

   Manusia perak disebagian wilayah menjadipengganggu bagi para pengguna jalan, maka tidak heran ada yang melaporkan kepada pihak berwajib untuk menindaklanjutinya. Peran manusia perak dijalanan ada yang menghibur ada pula yang sekedar ikutan atau disebut sebagai seniman gadungan, sehingga menjatuhkan nama para pelaku manusia perak.

3. BANYAK KELUHKAN GATAL-GATAL

   Pemerannya banyak yang mengeluhkan tubuhnya merasa gatal karena mereka termasuk yang tidak terbiasa menggunakan bahan kimia yang seharusnya tidak digunakan. Manusia perak harus benar-benar menjaga kebersihannya agar terhindar dari segala macam penyakit yang ada saat ini.

4. MENARIK PERHATIAN PUBLIK

   Dari beragam sisi negatifnya, sebenarnya manusia perak juga menjadi ajang hiburan banyak orang baik para pengguna jalan maupun orang yang sedang menontonnya, dikarenakan warga juga butuh asupan hiburan yang kini telah lama terhisap oleh perubahan zaman.

5. SUMBER PENDAPATAN

   Pelaku seni bingung mau manggung dimana untuk mendapatkan sebagian hasil bagi keluarganya, akhirnya jalanan yang banyak sekali medan resiko menjadi peluang bagi mereka yang sudah kehabisan akal nalarnya untuk mengembangkan bakat seni mereka.

Sungguh ironi nasib pegiat seni ini sampai turun kejalanan bukan membuat aksi demokrasi melainkan jalan satu-satunya sumber rezeki bagi mereka, namun para pihak berjib terus menentang kebenaran milik mereka. Bagaimana pendapat kamu sekalian?